Penyair Asal Madura Luncurkan Dua Buku Sastra Sekaligus

AREANEWS.ID, SUMENEP – Bertepatan dengan bulan ramadhan 1445 H yang baru saja berlalu, seorang penyair asal Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, Sofyan RH. Zaid meluncurkan dua buku sastra sekaligus.

Dia lahir di Sumenep, 08 Januari 1986 lalu. Pria yang karib disapa Sofyan tercatat sebagai alumnus Pondok Pesantren Annuqayah Lubangsa Guluk-guluk Sumenep, dan Falsafah Agama, Universitas Paramadina Jakarta.

Bacaan Lainnya

Puisi-puisinya telah diterjemahkan ke berbagai bahasa asing, salah satunya dimuat dalam buku Oikos Poeti Per Il Futuro (Mimesis Classici Contro, Milano, Italia, 2020). Dia menjadi salah seorang reviewer Penilaian Karya Sastra Unggulan untuk SMA sederajat yang digelar oleh BSNP Kemdibud 2019.

Puisi dan esainya terbit di puluhan buku bersama dan media massa, baik daring maupun luring. Dia beberapa kali memenangkan sayembara kepenulisan sastra, seperti Juara II Lomba Cipta Esai Tingkat Nasional Piala H.B. Jassin (PDS HB. Jassin, 2023).

Bukunya yang telah terbit adalah Pagar Kenabian (Puisi, 2015) masuk 15 Nominasi Buku Puisi Anugerah Hari Puisi Indopos (2015), Khalwat (Puisi, 2024), Kaidah Puisi dan Akidah Kepenyairan (Esai, 2022), Buku Pintar Menulis Puisi (Esai, 2023), dan Goethe: Kajian Sastra Sufistik (Kajian, 2024).

Buku Puisi
Buku pertama yang diluncurkan adalah Khalwat, Sepilihan Sajak. Buku ini merupakan buku puisi tunggal keduanya setelah Pagar Kenabian (2015). Buku yang berisi sepilihan puisi yang mewakili perjalanan hidupnya sejak awal terkait persentuhannya dengan tasawuf, filsafat, dan puisi itu sendiri. Puisi dalam rentang tahun tahun 2002 hingga 2024. Puisi-puisi yang sebagian besar telah dimuat media dan mengalami revisi untuk keperluan buku ini. Buku yang isinya tersusun ke dalam tiga bagian: Khalwat Pertama, Khalwat Kedua, dan Khalwat Ketiga, yang masing-masing bagian berisi 11 puisi.

Salah satu puisinya bertema tentang Sumenep secara umum, yakni:

BULAN BATANG-BATANG

biarkan malaikat kecil itu, perempuanku
terus meliput peristiwa dari reruntuhan waktu
ketika sepatah kata dari wasiat yang kita puja
tiba-tiba moksa dimangsa malam
dan terbitlah
:bulan batang-batang!

putih perak kemerahan cahayanya
seperti bibirmu berkilau
memaksa orang-orang bersaman
meneguknya bercawan-cawan

lalu mereka lupa menusuk matanya sendiri
dengan peniti emas putri jenang
setelah seribu satu kali ayat kesayangan
ditembangkan bersama

sambil mengintip tanpa kedip
dari lubang jarum paling lancip
menyerupai damar atau jenar
bertumpu pada kaki tunggal

darah mengalir mewarnai riak lombang
membercaki desa-desa, gunung serta gua
tempat para raja dulu bertapa mencari ajisaka

sementara bulan kian liar melacuri sumekar
anak-anak jadah lahir
isaknya mencubit kesadaran:
inikah peristiwa yang kita abai?

aku menulis jawab pada lembar pasir
dengan ranting takdir jadi syair bersihir
yang dilarang kau baca berulang
takut semua akan pingsan

cukup sekali saja dan mengalirlah
ke tujuh latifah laut atau taman sari
:karena hanya air mengalir
yang bisa jernih

dan malaikat kecil itu, perempuanku
pulang ke jangtungku
bertiwikrama menjadi rindu
gemuruh!

Batang-batang, 2002/2024

Buku Kajian
Buku kedua adalah Goethe: Kajian Sastra Sufistik yang diberi endorsemen salah satunya Berthold Damshäuser, seorang pemerhati Goethe, budayawan serta pengajar di Universitas Bonn, Jerman. Buku ini menunjukkan bahwa sastra sufistik nyatanya tidak hanya dihasilkan oleh seorang muslim, tetapi juga oleh orang non-muslim yang tertarik pada Islam dan khazanah kesufiannya, seperti Goethe, tokoh besar Jerman. Perjumpaan Goethe dengan Islam melalui jalur sufisme dan sastra sufi. Ketertarikan dan kedekatan Goethe dengan Islam melahirkan spekulasi kemuslimannya yang terus diperdebatkan. Sementara itu, keintiman Goethe dengan Islam, dia abadikan dalam buku puisinya West-Oestlicher Divan (Diwan Barat Timur, 1819).

Dalam buku tersebut, Goethe -baik secara tersurat atau tersirat- menampilkan puisi-puisi yang bercorak sufistik, meski tidak secara keseluruhan. Aspek sufistik dalam puisi-puisi Goethe terlihat dari tiga sumber utama; Al-Qur’an, Nabi Muhammad saw, dan Hafiz (sufi penyair dari Persia yang sangat dikagumi oleh Goethe), serta simbol-simbol yang digunakan di dalam puisi-puisinya sebagaimana banyak dijumpai dalam karya sastra kaum sufi. Ada tiga model pendekatan yang dipakai untuk melihat aspek sufistik puisi-puisi Goethe, yakni Simbol, Doktrin, dan Alirannya.

Kedua buku tersebut telah diluncurkan secara simbolik di restoran Sate Senayan, Salemba, Jakarta Pusat pada pertengahan ramadhan, 31 Maret 2024. Sofyan kini bermukim di Bekasi sebagai editor, founder dan CEO Taretan Sedaya International Group, Pemimpin Redaksi Sastramedia.com, dan aktif di komunitas Jagat Sastra Milenia.