7 Hari Terakhir Ramadan, Jamaah yang Iktikaf di Masjid Jamik Semakin Banyak

Jamaah saat Iktikaf di Masjid Jamik Sumenep. Foto: Qatrunnada/AreaNews.id

AREANEWS.ID, Sumenep – Masjid Jamik Sumenep, Jawa Timur sebagai salah satu masjid yang banyak dikunjungi umat muslim untuk melaksanakan ibadah. Pada Bulan Ramadan, jamaah masjid tertua yang ada di kabupaten paling timur ini semakin ramai.

Pada 7 hari terakhir ramadan, jamaah Salat Duhur misalnya, semakin banyak. Usai salat, mereka tidak langsung pulang. Tetapi masih iktikaf.

Bacaan Lainnya

“Sejak 10 hari terakhir ramadan, lebih banyak yang beribadah di sini. Misal Salat Duhur dan iktikaf,” kata salah satu jamaah, Mohamad Arifin kepada AreaNews.id pada Senin, 25 April 2022.

Pria yang mengaku pekerja swasta sengaja memilih masjid yang berada di jantung kota. Sebab lebih dekat dengan tempat kerjanya. Di samping masjid dengan arsitektur unik ini memiliki nilai yang tidak dimiliki oleh masjid yang lain.

“Rasanya ketika iktikaf di sini beda. Terasa lebih tenang dan suasananya nyaman,” ujar warga Kecamatan Manding.

Sementara itu, jamaah lain, Rasyidi juga membenarkan bahwa sejak seminggu menjelang lebaran, jamaah yang iktikaf semakin banyak. Menurutnya, banyak warga yang berasal dari desa yang belanja kebutuhan Idulfitri beribadah dan iktikaf di masjid yang dibangun ratusan tahun lalu.

“Kami belanja dan langsung Salat Dhuhur dan iktikaf di sini. Sambil lalu menunggu waktunya buka puasa,” katanya sambil tersenyum.

Sebagaimana dikutip dari Wikipedia, Masjid Jamik Sumenep merupakan salah satu bangunan 10 masjid tertua dan mempunyai arsitektur yang khas di Nusantara. Masjid Jamik Sumenep saat ini telah menjadi salah satu landmark di Pulau Madura.

Menurut catatan sejarah Sumenep, Pembangunan Masjid Jamik Sumenep dimulai pada tahun 1779 Masehi dan selesai 1787 Masehi. Bangunan ini merupakan salah satu bangunan pendukung Karaton, yakni sebagai tempat ibadah bagi keluarga Karaton dan Masyarakat, masjid ini adalah masjid kedua yang dibangun oleh keluarga keraton.

Penulis:Yuanita
Editor: Qatrunnada

Pos terkait