Geliat Produksi Pupuk Organik di Jember

Sayudi bersama rekannya saat hendak menyemprot tanaman padinya dengan pupuk organik buatannya. Foto: dwisugestimega/Areanews.id

AREANEWS.ID, JEMBER-Kelangkaan pupuk kimia yang terjadi sejak 2021 silam memaksa para petani memutar otak untuk tetap menghasilkan tanaman terbaik dengan harga jual tinggi.

Mereka harus beradaptasi dengan dua hal, harga pupuk non-subsidi yang menjulang atau beralih menggunakan pupuk organik yang berakibat pada intensitas panen yang lambat.

Bacaan Lainnya

Hal ini membuat Sayudi, warga Desa Darsono, Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember, Jawa Timur mulai memantapkan niat untuk membuat pupuk organik dari kotoran hewan ternak serta bahan alam yang bisa Ia temukan disekitarnya.

Biaya yang terbilang lebih murah ketimbang harga pupuk kimia awalnya membuat dirinya pesimis. Sayudi mencoba mengaplikasikan pupuk organik buatannya pada tanaman cabai di lahannya. Hasilnya tanamannya bisa berbuah, sehingga usahanya terbilang berhasil.

Keberhasilan itu tidak lantas membuat Sayudi puas, melainkan semakin tertantang untuk terus melakukan pengembangan. Dengan memperkaya referensi dan pengetahuannya, dia memutuskan untuk membuat pupuk organik untuk diaplikasikan di tanaman padi di lahan seluas 0,09 hektar.

Biasanya ketika menggunakan pupuk kimia, hasil padi atau gabahnya bisa mencapai 450 kilogram. Setelah beralih total dengan budidaya organik, hasil gabahnya memang menurun menjadi 400 kilogram.

Namun lain halnya untuk hasil beras yang dihasilkan. Karena ketika digiling, dalam seratus kilogram gabah yang dikeringkan, mampu menghasilkan beras sebanyak 70 kilogram. Maklum saja, kualitas padinya memang jauh lebih baik.

“Ketika dijemur, banyak yang tanya padi saya dicuci gitu. Karena memang warnanya kuning keemasan,” katanya saat ditemui AreaNews.id pada Selasa, 22 Agustus 2023 di kediamannya.

Meski belum ada aturan tetap dalam komposisi pupuk organik buatannya, Karena menurut Sayudi, pupuk organik adalah memanfaatkan bahan-bahan yang tidak terpakai di sekitarnya.

Namun biasanya dia membuatnya, menggunakan kotoran kambing, daun, bongkah pisang dan lain sebagainya. “Disini banyak ditemukan kotoran kambing. Jadi saya manfaatkan itu untuk pembuatan pupuk organik,” terangnya.

Kendati demikian, hingga saat ini dirinya mengaku memiliki beberapa kendala, salah satunya kekurangan tempat untuk produksi, karena biasanya campuran pupuk organik akan menimbulkan bau yang tidak sedap. Alat produksi juga terbilang masih kurang.

Penulis: Dwi Sugesti Mega
Editor: Hokiyanto

Pos terkait