AREANEWS.ID, JEMBER – Pengurus Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq (UIN KHAS) Jember, Jawa Timur masa jihad 2025-2026 yang baru baru ini dilantik sukses menggelar diskusi dengan tema “Kampus Ramah Gender dan Disabilitas” pada Kamis, 12 Juni 2025.
Presiden Mahasiswa, Zainul Ansori, mengatakan bahwa kegiatan tersebut merupakan bagian program kerja berupa forum dialektika mahasiswa bersama pakar dan pimpinan UIN KHAS Jember. Supaya mahasiswa tidak hanya mendapatkan materi atau berdiskusi di dalam kelas. Tetapi mahasiwa perlu untuk berdialektika di luar kelas.
“Kalau biasanya mahasiswa hanya berdialektika bersama teman sekelas, sekarang kita pingin bagaimana mahasiswa UIN KHAS berdialektika bukan hanya di kelas, tapi juga di luar perkuliahan” kata Zainul Ansori.
Pihaknya memiliki cita-cita yang sama dengan para pimpinan universitas, yaitu menjadikan kampus lebih berkualitas dan memiliki progress yang bagus. “Tujuannya satu, supaya UIN KHAS lebih bagus lagi lebih progresif lagi” tukasnya.
Saat itu aktivis mahasiswa tersebut mengungkapkan keinginan besarnya. Dia bercita-cita UIN KHAS memiliki unit layanan disabilitas yang terstruktur. Tawaran atau solusi yang telah digagas mahasiswa menjadi referensi yang dipertimbangkan bagi pimpinan untuk menentukan kebijakan serta keputusan kedepannya.
Acara yang digelar di Gedung Kuliah Terpadu (GKT) Lantai 2 tersebut, menghadirkan Ketua Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) UIN KHAS Jember, Alfisyah Nurhayati, Wakil Rektor III Universitas PGRI Argopuro Bidang Kedisabilitasan, Asrorul Mais, Jajaran Pimpinan UIN KHAS Jember, serta Anggota Dewan Eksekutif Mahasiswa Fakultas (DEMA-F) masing-masing Fakultas.
Program DEMA ini mendapat sambutan positif Wakil Rektor III, Dr. Khoirul Faizin. Pihaknya memberikan apresiasi penuh. Ia menilai, DEMA UIN KHAS memilih mendiskusikan persoalan yang terjadi melalui forum akademik yang tujuannya adalah kemajuan kampus.
“Anak-anak mulai memiliki kesadaran bahwa kontribusi itu bisa dibangun oleh siapapun, ide besar itu bisa digagas oleh siapapun, termasuk mereka. Rupanya mereka memilih ranah akademik ini untuk diskusi, ini sangat positif, sangat positif. Mencari solusi daripada, mungkin, teriak-teriak menyuarakan gagasannya,”ujarnya.
Lebih lanjut Faizin menyampaikan, pembahasan “Kampus Ramah Gender dan Disabilitas” tidak akan hanya berhenti pada kegiatan seremonial, melainkan kegiatan yang menghasilkan beberapa poin besar yang harus direalisasikan. Ikhwal pelayanan disabilitas bukanlah keinginan akan tetapi kebutuhan. Mengingat, semua anak bangsa memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam akses pendidikan.
“Sebuah keharusan bagi UIN KHAS memberikan pelayanan terbaik dan ruang yang ramah kepada mahasiswa penyandang disabilitas,” tukasnya.
Penulis: Tika
Editor: Hokiyanto