AREANEWS.ID, JEMBER – Dalam waktu dekat ummat Islam akan merayakan Hari Raya Idul Fitri 1444 H. Moment lebaran menjadi moment istimewa dan berkumpul bersama keluarga. Namun tak jarang moment ini juga dijadikan sebagai ajang flexing atau perilaku pamer kekayaan.
Menurut, Dosen Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Jember, Ria Wiyafti Linsiya, flexing saat moment tertentu ini, utamanya lebaran, adalah fenomena orang ingin menunjukkan kelebihan dan ingin dikenal orang lain. Tujuan tersebut berasal dari keinginan untuk diakui. Bukan hanya dalam lingkup dunia nyata, tapi juga di media sosial.
“Orang terlihat bahagia atau terlihat menyenangkan ketika aktivitas yang dipertontonkan tidak banyak orang bisa melakukan hal yang sama. Hal ini menyebabkan rasa ingin menampilkan diri dan menjadi pusat perhatian makin tinggi,” katanya pada Jumat, 14 April 2023.
Para pelaku flexing, lanjut Ria, biasanya akan mendapat komentar dari orang lain yang menyanjung, memuja dan sebagainya, hal ini menjadi kebutuhan bagi dirinya.
Hal tersebut sebenarnya insting dasar manusia, akan tetapi apabila berlebihan membahayakan dan membuat ketergantungan terhadap komentar orang lain. Ketika bergantung pada pandangan orang lain, para pelaku flexing akan gelisah apabila tidak menunjukkan hal-hal yang sedang dilakukan.
Saling adu gengsi ini awalnya hanya sebatas untuk memenuhi kepuasan pribadi. Tetapi lambat laun menjadi budaya karena makin banyak orang berlomba-lomba menunjukkan versi terbaiknya dan membuat orang senang.
“Kesannya lebih ke-memaksa keadaan ya, karena ingin merasakan hal yang sama dengan orang lain tanpa mengukur kapasitas diri sendiri,” tuturnya.
Ria juga menyarankan, sikap yang tepat untuk menghadapi fenomena flexing ini adalah dengan lebih mengontrol diri dan bersikap realistis tanpa memaksakan sesuatu.
“Seadanya saja, boleh kok menampilkan sesuatu, tapi jangan sampai berlebih dan memaksakan diri. Takutnya nanti malah menimbulkan stres dan cemas kalau tidak bisa sama dengan apa yang kita mau,” pungkasnya.
Penulis: Dwi Sugesti Mega
Editor: Hokiyanto