Buta Huruf di Jember Didominasi Perempuan

Sejumlah masyarakat yang mengikuti pembelajaran sekolah non formal kejar paket c di Kecamatan Silo. Foto: dwisugestimega/Areanews.id

AREANEWS.ID, JEMBER– Kabupaten Jember, Jawa Timur merupakan salah satu kota yang dikenal dengan kualitas pendidikan yang tinggi. Hal tersebut tersebut terbukti dengan banyaknya perguruan tinggi yang ada di kota tembakau tersebut.

Namun, sayangnya angka buta huruf masyarakat Jember masih tinggi.
Buktinya, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Jember, yakni Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Jember tahun 2021 sebanyak 67,97 persen dengan total penduduk sebesar 2.566.682 jiwa sampai saat ini.

Bacaan Lainnya

Angka tersebut juga termasuk dalam jumlah masyarakat yang mengalami buta huruf pada usia 10 tahun keatas. “Permasalah terkait banyaknya penduduk di Jember memang sudah menjadi momok dan masih belum terselesaikan sampai saat ini,” kata Dosen Pendididikan Luar Biasa FKIP Unej, Deditiana Tri Indrianti saat ditemui AreaNews.id pada Rabu, 30 Agustus 2023

Kasus buta aksara di Jember terdapat hampir di setiap kecamatan. Namun paling tinggi berada di kecamatan yang lokasinya cukup jauh dari pusat kota Jember, seperti Kecamatan Sumberbaru dan Silo.

Indrianti menambahkam, budaya pikir dan adat istiadat yang masih mengental pada merekalah yang mengakibatkan perkembangan pola pikir lama.

“Warga yang buta huruf didominasi oleh kalangan wanita, sebab dipikiran mereka seorang wania tidak perlu mengenyam pendidikan dan tugas mereka hanyalah di dapur. Pola pikir seperti itulah yang dapat menghambat mereka,” tuturnya.

Menurutnya masyarakat buta aksara tidak bisa disamakan dengan cara pengenyaman pendidikan dengan anak usia dini yang masih tahap proses belajar dan calistung.

Sementara itu, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember, Agustina Dewi Setyari mengatakan perlu adanya perubahan pola pikir terhadap masyarakat terkait pendidikan terutama belajar membaca, menulis dan berhitung.

“Perlu adanya sosialisasi terhadap mereka terkait pentingnya pendidikan serta jangan jadikan pekerjaan di luar sebagai alasan untuk tidak perlunya membaca, menulis dan berhitung,” ungkapnya.

Penulis: Dwi Sugesti Mega
Editor: Hokiyanto

Pos terkait